Rabu, 18 Maret 2015

TFI RUN REPROCITY 2014/2015


Nama: Ivan
Nim   : 1801385492
Jurusan : TI(Teknik Informatika)

1.Kesan dan pesan sebagai pelari semangatnya
            Kesan dan pesan sebagai pelari 5k ataupun 10 k adalah walaupun fisik  , keringat terus - terusan  mengucur tanpa henti, energi , dan stamina kita terkuras habis oleh lari yang jaraknya 5 km. Dan rute yang ditempuh saya kira biasa aja ternyata jika kami berjalan / berlari jaraknya sangat jauh berbeda jika saya naik transportasi mungkin dalam beberapa menit pasti sudah sampai.Dengan berlari dari awal start sampai menuju garis finish dibutuhkan perjuangan yang hebat tanpa menyerah dan tanpa henti. Tapi itu sangat menyenangkan walaupun saya letih,lelah dll.Usaha , kerja keras dan semangat kami telah terbayarkan semua demi kebersamaan,kenyamanan.Tidak banyak kata - kata yang dapat kami ucapkan semuanya sempurna dan asyik. Para  voluenteer  juga  telah bekerja keras  dalam mempersiapkan acara yang megah , mewah dan hebat ini tanpa sponsor/pihak - pihak yang terkait dan orang yang terlibat dalam kesuksesan acara ini mungkin acara ini tidak dapat berjalan dengan lancar , efisien dan efektif dan para pelari telah melakukan  dan memberikan semua usaha yang terbaik untuk menang.Walaupun tidak menang,tidak apa -  apa yang penting kami senang dan  berbahagia. Setelah sampai garis finish, saya sangat senang dan tanpa henti bernapas kami disambut bak pahlawan yang telah menyelesaikan misi dan tugasnya. Saya juga sangat senang mendapakan makanan-minuman dan medali itu sudah lebih dari cukup yang dibutuhkan untuk mengisi energi  dan stamina kita.Kami akan mengingat dan mengenang hari dan memori ini sebagai pembelajaran dan pemahaman dalam bidang pengetahuan juga  


2.Menulis pengetahuan tentang kusta
            Semua orang tentu pernah mendengar penyakit kusta, namun semakin lama penyakit kusta menjadi semakin jarang terdengar. Dengan begitu, semakin banyak pula orang yang tak memahami seperti apa sebenarnya penyakit kusta.
            Penyakit kusta biasanya dikaitkan dengan cacat yang dialami oleh penderitanya. Kusta tak hanya merusak kulit, namun juga bisa dengan cepat merusak saraf, anggota tubuh gerak, dan mata. Ini membuat kusta menjadi penyakit yang ditakuti dan pasiennya juga seringkali dijauhi karena masyarakat takut tertular.
            Sebelum Anda mengucilkan penderita kusta, sebaiknya ketahui terlebih dahulu beberapa fakta menarik kusta berikut ini,
1. Kusta adalah salah satu penyakit tertua di dunia.
Kusta merupakan salah satu penyakit tertua di seluruh dunia. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Hansen's Disease, berasal dari nama ilmuwan yang menemukannya: Armauer Hansen. Kusta merupakan penyakit menular yang menyerang sistem saraf dan bagian tubuh lain seperti tangan, kaki, dan wajah.
2. Kusta disebabkan oleh bakteri.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang disebut Mycobacterium leprae. Salah satu gejala paling umum adalah munculnya bercak putih pada kulit yang membuatnya mati rasa.

3. Kusta tak mudah menular
Dipercaya bahwa kusta bisa menular akibat air liur dari mulut atau cairan dari hidung. Namun faktanya kusta tak secepat itu menular. Kusta baru bisa menular jika terjadi kontak yang berkali-kali dan sangat dekat dengan pasien. Dan hanya pasien yang tidak diobati saja yang bisa menularkan kusta. Jika pasien sudah melakukan pengobatan, risiko penularan kusta sudah menurun drastis.
4. Gejala kusta berbeda pada masing-masing orang
Gejala kusta pada tiap orang bia berbeda. Salah satu gejala klasik adalah munculnya bercak putih pada kulit yang mati rasa dan tidak bisa merasakan sensasi apapun saat disentuh.

5. Kusta bisa disembuhkan secara gratis
Kusta bisa disembuhkan menggunakan terapi obat-obatan (MDT). Saat ini, berdasarkan siaran dari Menteri Kesehatan, pasien kusta bisa berobat gratis di puskesmas. MDT untuk kusta terdiri atas kombinasi tiga obat antara lain clozafimine, rifampicin, dan daspone yang biasanya dikonsumsi selama enam sampai 24 bulan masa pengobatan.

6. Kusta yang tak terawat bisa sebabkan cacat
Jika tak segera dirawat, kusta bisa menyebabkan cacat dan perubahan bentuk pada bagian tubuh. Beberapa di antaranya adalah jari tangan dan kaki yang menekuk. Selain itu, kusta juga bisa menyebabkan cacar pada mata dan memicu kebutaan, serta infeksi pada tangan dan kaki.Kusta harus segera diperiksakan dan dirawat agar tak sampai menyebabkan cacat permanen pada tubuh. Pengobatan dan perawatan dini merupakan cara satu-satunya untuk mencegah kusta menggerogoti tubuh Anda. Ini juga salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan kusta lebih cepat.
            Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga ditemukan bakteriMycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko danKaribia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan bakteri Mycobacterium lepraeditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.
            Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulitadalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath. 

Sejarah                                                                        
Konon, kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kunaMesir kuna, dan India. Pada 1995Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu dan tidak etis, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti India dan Vietnam.Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya. Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali. Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi menjadi 'kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy).Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa (anestetik).
            Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesinodulplak kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat.
            Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada penderita AIDS.
Penyebab  
            Mycobacterium leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobikgram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium. M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.
            Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilosimpanse, dan monyet pemakan kepiting. Terdapat bukti bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga merupakan faktor penyebab.
            Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di CebuPhilipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.
            Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya sejumlah organisme di dermis kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa di kulit, Weddel et almelaporkan bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.
            Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh Schäffer pada 1898. Jumlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000 hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka. Davey dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 10.000.000 organisme per hari.
            Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta melalui aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya. Laporan yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan.
            Masa inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteranperang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
Pengobatan
           Sampai pengembangan dapsonrifampin, dan klofazimin pada 1940an, tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemah terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi bakteri menjadi kebal. Pada 1960an, dapson tidak digunakan lagi.
Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan 1970an.
            Kemudian, Shantaram Yawalkar dan rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri. Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada1981. Cara ini menjadi standar pengobatan multiobat. Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri.
            Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia (WHA) ke-44 di Jenewa1991, menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2000, dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.
            Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
Sejak 1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010.
Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama. Cara ini aman dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.

            Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan menderita kusta. India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Tetapi untuk kasus kusta baru, Indonesia menduduki posisi nomor-3 dengan 16.825 kasus dan angka kecacatan 6,82 orang per sejuta penduduk. Kasus kusta baru tertinggi terdapat di India dengan 134.752 kasus, kemudian diikuti oleh Brazil dengan 33.303 kasus.

            Pada 1999, insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi diAmerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di IndiaMyanmar, danNepal. Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta dunia terdapat di BrasilMadagaskarMozambikTanzania dan Nepal.

Kelompok beresiko
            Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.

3. Komitmen baik diri anda sendiri terhadap kusta
            Komitmen baik tentang kusta adalah sebagaimanapun penyakitnya kita akan bisa melewatinya hari demi hari kita harus menatap masa depan untuk melawan dan berjuang melawan penyakit itu. Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang terlalu berat kepada seseorang ini hanyalah ujian dan cobaan pasti penyakit kusta akan hilang dan terangkat sendiri bagi penderitanya dan selalu berdoa dalam keadaan apapun.


4.Saran bagaimana sosialisasi yang baik terhadap penyakit kusta.
                  Saran saya sosialisasi yang baik terhadap penyakit kusta adalah kita sebagai sesama umat manusia harus saling menghormati,menghargai,dan bertoleransi dengan sesama manusia yang lain dengan memberikan pengobatan, konseling, nasihat,dan semangat untuk membantu pasien bagi penderita penyakit kusta.Kusta tidak menyebabkan penyakit yang menular mungkin hanya disebabkan oleh bakteri/virus yang menyerang kepada daya tahan tubuh seseorang yang lemah karena kekurangan .

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar