Nama: Ivan
Nim : 1801385492
Jurusan : TI(Teknik Informatika)
1.Kesan dan pesan
sebagai pelari semangatnya
Kesan
dan pesan sebagai pelari 5k ataupun 10 k adalah walaupun fisik , keringat terus - terusan mengucur tanpa henti, energi , dan stamina
kita terkuras habis oleh lari yang jaraknya 5 km. Dan rute yang ditempuh saya
kira biasa aja ternyata jika kami berjalan / berlari jaraknya sangat jauh
berbeda jika saya naik transportasi mungkin dalam beberapa menit pasti sudah
sampai.Dengan berlari dari awal start sampai menuju garis finish dibutuhkan perjuangan
yang hebat tanpa menyerah dan tanpa henti. Tapi itu sangat menyenangkan
walaupun saya letih,lelah dll.Usaha , kerja keras dan semangat kami telah
terbayarkan semua demi kebersamaan,kenyamanan.Tidak banyak kata - kata yang
dapat kami ucapkan semuanya sempurna dan asyik. Para voluenteer
juga telah bekerja keras dalam mempersiapkan acara yang megah , mewah
dan hebat ini tanpa sponsor/pihak - pihak yang terkait dan orang yang terlibat
dalam kesuksesan acara ini mungkin acara ini tidak dapat berjalan dengan lancar
, efisien dan efektif dan para pelari telah melakukan dan memberikan semua usaha yang terbaik untuk
menang.Walaupun tidak menang,tidak apa -
apa yang penting kami senang dan berbahagia. Setelah sampai garis finish, saya
sangat senang dan tanpa henti bernapas kami disambut bak pahlawan yang telah
menyelesaikan misi dan tugasnya. Saya juga sangat senang mendapakan
makanan-minuman dan medali itu sudah lebih dari cukup yang dibutuhkan untuk
mengisi energi dan stamina kita.Kami
akan mengingat dan mengenang hari dan memori ini sebagai pembelajaran dan
pemahaman dalam bidang pengetahuan juga
2.Menulis pengetahuan
tentang kusta
Semua orang tentu pernah mendengar penyakit kusta, namun
semakin lama penyakit kusta menjadi semakin jarang terdengar. Dengan begitu,
semakin banyak pula orang yang tak memahami seperti apa sebenarnya penyakit
kusta.
Penyakit kusta biasanya dikaitkan dengan cacat yang
dialami oleh penderitanya. Kusta tak hanya merusak kulit, namun juga bisa
dengan cepat merusak saraf, anggota tubuh gerak, dan mata. Ini membuat kusta
menjadi penyakit yang ditakuti dan pasiennya juga seringkali dijauhi karena
masyarakat takut tertular.
Sebelum Anda mengucilkan
penderita kusta, sebaiknya ketahui terlebih dahulu beberapa fakta menarik kusta
berikut ini,
1. Kusta adalah salah satu penyakit tertua di dunia.
Kusta merupakan salah satu penyakit
tertua di seluruh dunia. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Hansen's
Disease, berasal dari nama ilmuwan yang menemukannya: Armauer Hansen. Kusta
merupakan penyakit menular yang menyerang sistem saraf dan bagian tubuh lain
seperti tangan, kaki, dan wajah.
2. Kusta disebabkan oleh bakteri.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
yang disebut Mycobacterium leprae. Salah satu gejala paling umum adalah
munculnya bercak putih pada kulit yang membuatnya mati rasa.
3. Kusta tak mudah menular
Dipercaya bahwa kusta bisa menular
akibat air liur dari mulut atau cairan dari hidung. Namun faktanya kusta tak
secepat itu menular. Kusta baru bisa menular jika terjadi kontak yang
berkali-kali dan sangat dekat dengan pasien. Dan hanya pasien yang tidak
diobati saja yang bisa menularkan kusta. Jika pasien sudah melakukan
pengobatan, risiko penularan kusta sudah menurun drastis.
4. Gejala kusta berbeda pada masing-masing orang
Gejala kusta pada tiap orang bia
berbeda. Salah satu gejala klasik adalah munculnya bercak putih pada kulit yang
mati rasa dan tidak bisa merasakan sensasi apapun saat disentuh.
5. Kusta bisa disembuhkan secara gratis
5. Kusta bisa disembuhkan secara gratis
Kusta bisa disembuhkan menggunakan
terapi obat-obatan (MDT). Saat ini, berdasarkan siaran dari Menteri Kesehatan,
pasien kusta bisa berobat gratis di puskesmas. MDT untuk kusta terdiri atas
kombinasi tiga obat antara lain clozafimine, rifampicin, dan daspone yang
biasanya dikonsumsi selama enam sampai 24 bulan masa pengobatan.
6. Kusta yang tak terawat bisa sebabkan cacat
Jika tak segera dirawat, kusta bisa
menyebabkan cacat dan perubahan bentuk pada bagian tubuh. Beberapa di antaranya
adalah jari tangan dan kaki yang menekuk. Selain itu, kusta juga bisa
menyebabkan cacar pada mata dan memicu kebutaan, serta infeksi pada tangan dan
kaki.Kusta harus segera diperiksakan dan dirawat agar tak sampai menyebabkan cacat permanen
pada tubuh. Pengobatan dan perawatan dini merupakan cara satu-satunya untuk
mencegah kusta menggerogoti tubuh Anda. Ini juga salah satu cara terbaik untuk menyembuhkan
kusta lebih cepat.
Penyakit
Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai penyakit
kusta atau lepra adalah sebuah penyakit
infeksi kronis yang
sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, hingga
ditemukan bakteriMycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada
tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko danKaribia, yang dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan
bakteri Mycobacterium lepraeditemukan
oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama Gerhard Henrik Armauer Hansen pada
tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan penyakit yang telah lama
dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk
menghargai jerih payah penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang begitu negatif, sehingga penamaan
yang netral lebih
diterapkan untuk mengurangi stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh
pasien kusta.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran
pernapasan atas; dan lesi pada kulitadalah tanda yang
bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat
progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak seperti mitos yang beredar di
masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan anggota tubuh yang begitu mudah,
seperti pada penyakit tzaraath.
Sejarah
Konon, kusta telah
menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok kuna, Mesir kuna, dan India. Pada 1995, Organisasi Kesehatan Dunia(WHO)
memperkirakan terdapat dua hingga tiga juta jiwa yang cacat permanen karena
kusta. Walaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat
dirasakan kurang perlu dan tidak etis,
beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia,
seperti India dan Vietnam.Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta
ditemukan pada akir 1940-an dengan diperkenalkannya dapson dan derivatnya.
Bagaimanapun juga, bakteri penyebab lepra secara bertahap menjadi kebal
terhadap dapson dan menjadi kian menyebar. Hal ini terjadi hingga ditemukannya
pengobatan multiobat pada awal 1980-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali. Manifestasi klinis
dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi
menjadi 'kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary), kusta lepromatosa (penyakit
Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler (borderline leprosy).Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan
yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. Terdapat lesi kulit yang
menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak beraturan;
bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai, dan gangguan saraf tepi
dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. Tipe ini tidak stabil dan dapat
menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid.Kusta tuberkuloid
ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan
bagian yang tidak berasa (anestetik).
Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit simetris,
dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan
penyumbatan hidung (kongesti nasal) dan epistaksis (hidung berdarah) namun pendeteksian terhadap
kerusakan saraf sering kali terlambat.
Tidak sejalan dengan mitos atau kepercayaan yang ada,
penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. Menurut penelitian yang
lama oleh Paul Brand,
disebutkan bahwa ketidakberdayaan merasakan rangsang pada anggota gerak sering
menyebabkan luka atau lesi. Kini, kusta juga dapat menyebabkan masalah pada
penderita AIDS.
Penyebab
Mycobacterium
leprae adalah penyebab dari kusta. Sebuah bakteri
yang tahan asam M. leprae juga merupakan bakteri aerobik, gram positif, berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies Mycobacterium. M.
leprae belum dapat dikultur pada laboratorium.
Mekanisme
penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Selain manusia, hewan yang dapat tekena kusta adalah armadilo, simpanse, dan monyet
pemakan kepiting. Terdapat bukti
bahwa tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga
ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit
kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat terjadi tipe
kusta yang berbeda pada setiap individu. Faktor ketidakcukupan gizi juga diduga
merupakan faktor penyebab.
Penyakit ini sering dipercaya bahwa penularannya
disebabkan oleh kontak antara orang yang terinfeksi dan orang yang sehat. Dalam
penelitian terhadap insidensi, tingkat infeksi untuk kontak lepra lepromatosa
beragam dari 6,2 per 1000 per tahun di Cebu, Philipina hingga 55,8 per 1000 per tahun di India Selatan.
Dua pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan
mukosa hidung. Telah dibuktikan bahwa kasus lepromatosa menunjukkan adanya
sejumlah organisme di dermis kulit.
Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bahwa organisme tersebut dapat berpindah
ke permukaan kulit. Walaupun terdapat laporan bahwa ditemukanya bakteri tahan
asam di epitel deskuamosa di
kulit, Weddel et almelaporkan
bahwa mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis. Dalam penelitian terbaru, Job et al menemukan adanya sejumlah M. leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. Hal ini
membentuk sebuah pendugaan bahwa organisme tersebut dapat keluar melalui kelenjar keringat.
Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh
Schäffer pada 1898. Jumlah dari bakteri
dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut Shepard, antara 10.000
hingga 10.000.000 bakteri. Pedley melaporkan bahwa sebagian besar pasien
lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka. Davey
dan Rees mengindikasi bahwa sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat
memproduksi 10.000.000 organisme per hari.
Pintu masuk dari M. leprae ke tubuh manusia masih menjadi tanda tanya. Saat
ini diperkirakan bahwa kulit dan saluran pernapasan atas menjadi gerbang dari
masuknya bakteri. Rees dan McDougall telah sukses mencoba penularan kusta
melalui aerosol di mencit yang ditekan sistem imunnya. Laporan
yang berhasil juga dikemukakan dengan pencobaan pada mencit dengan pemaparan
bakteri di lubang pernapasan. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa
saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang
masuknya bakteri, walaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat
disingkirkan.
Masa inkubasi pasti
dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa
inkubasinya. Masa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu,
berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa inkubasi maksimum
dilaporkan selama 30 tahun. Hal ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada veteranperang yang pernah terekspos di daerah endemik dan
kemudian berpindah ke daerah non-endemik. Secara umum, telah disetujui, bahwa
masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah 3-5 tahun.
Pengobatan
Sampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofazimin pada
1940an, tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah
obat bakterisidal (pembasmi bakteri) yang lemah terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson
menyebabkan populasi bakteri menjadi kebal. Pada 1960an, dapson tidak digunakan
lagi.
Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik
dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin pada 1960an dan
1970an.
Kemudian, Shantaram Yawalkar dan rekannya merumuskan
terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan
bakteri. Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali
direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada1981.
Cara ini menjadi standar pengobatan multiobat. Tiga obat ini tidak digunakan
sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri.
Terapi di atas lumayan mahal, maka dari itu cukup
sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Pada 1985, kusta masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan Kesehatan Dunia
(WHA) ke-44 di Jenewa, 1991,
menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan
masyarakat pada tahun 2000,
dan berusaha untuk ditekan menjadi 1 kasus per 100.000. WHO diberikan mandat
untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.
Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993dan merekomendasikan
dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah pengobatan selama 24
bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang
kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
Sejak 1995,
WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada negara endemik,
melalui Kementrian Kesehatan. Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010.
Pengobatan multiobat
masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama. Cara
ini aman dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.
Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan
menderita kusta. India adalah
negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan Myanmar. Tetapi untuk kasus kusta baru, Indonesia menduduki posisi nomor-3 dengan 16.825
kasus dan angka kecacatan 6,82 orang per sejuta penduduk. Kasus kusta baru
tertinggi terdapat di India dengan 134.752 kasus, kemudian diikuti oleh Brazil
dengan 33.303 kasus.
Pada 1999,
insidensi penyakit kusta di dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284 kasus
ditemukan. Pada 1999,
108 kasus terjadi diAmerika Serikat. Pada
2000, WHO membuat daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat
di India, Myanmar, danNepal. Pada 2002, 763.917 kasus
ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90% kasus kusta
dunia terdapat di Brasil, Madagaskar, Mozambik, Tanzania dan Nepal.
Kelompok beresiko
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah
yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur
yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit
lain seperti HIV yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena
kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.
3. Komitmen baik diri
anda sendiri terhadap kusta
Komitmen
baik tentang kusta adalah sebagaimanapun penyakitnya kita akan bisa melewatinya
hari demi hari kita harus menatap masa depan untuk melawan dan berjuang melawan
penyakit itu. Tuhan tidak mungkin memberikan cobaan yang terlalu berat kepada
seseorang ini hanyalah ujian dan cobaan pasti penyakit kusta akan hilang dan
terangkat sendiri bagi penderitanya dan selalu berdoa dalam keadaan apapun.
4.Saran bagaimana sosialisasi yang baik terhadap penyakit kusta.
Saran saya sosialisasi yang baik terhadap
penyakit kusta adalah kita sebagai sesama umat manusia harus saling
menghormati,menghargai,dan bertoleransi dengan sesama manusia yang lain dengan
memberikan pengobatan, konseling, nasihat,dan semangat untuk membantu pasien
bagi penderita penyakit kusta.Kusta tidak menyebabkan penyakit yang menular
mungkin hanya disebabkan oleh bakteri/virus yang menyerang kepada daya tahan
tubuh seseorang yang lemah karena kekurangan .